“Berserulah kepadaKu, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.” (Yeremia 33:3)

Sebagai orang Kristen kita tentu ingin memiliki kehidupan yang bermakna. Layaknya orang beriman, kita pasti menggumuli tentang visi kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kita sadar bahwa tanpa visi yang jelas dan serasi dengan kehendak Tuhan, kehidupan kita akan tidak memiliki nilai kekal. Kesadaran akan pentingnya visi belakangan ini juga diterima luas di kalangan bukan Kristen. Bahasa visi sudah menjadi juga bahasa dalam berbagai perusahaan, bengkel, sekolah. Maka keinginan bervisi sendiri tidak lagi sesuatu yang unik milik kalangan Kristen semata, tetapi sudah diterima kalangan luas. Yang membedakan adalah cara dan sumber perolehan visi itu. Di kalangan bukan Kristen, visi sangat besar kemungkinannya berasal dari kerinduan dan pengolahan sumber-sumber kodrati atau kemampuan dari manusia sendiri. Sedangkan kita, orang Kristen, visi itu berasal dari Allah sendiri.

Visi tidak datang dari perjuangan kodrati manusia atau berasal dari usaha manusia semata tetapi berasal dari Tuhan. Tuhan sendiri menjumpai Nuh, Abraham, Musa, dan para nabi lain, lalu menyatakan visi misi dari-Nya untuk mereka terima dari penugasan dari Allah. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus yang mencari, memanggil, mengikut sertakan para murid-Nya dalam visi misi yang Ia terima dari Bapa-Nya di Surga. Maka, jika kita benar-benar berhasrat memiliki visi misi hidup yang berarti, carilah dan mintalah dari Tuhan. Seperti doa Paulus, kita perlu merindukan Roh Penyataan dari Allah untuk menyatakan kehendak-Nya bagi kita, keluarga, dan lembaga di mana kita melayani. Jadi untuk mengetahui visi atau kehendak Allah bagi hidup kita dibutuhkan sebuah sarana, yaitu DOA.

Apakah doa itu?

Doa adalah komunikasi dengan Tuhan. Melalui doa kita dapat berseru meminta pertolongan Tuhan atau jawaban dari Tuhan atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak kita mengerti. Doa adalah sebuah seruan yang membuka komunikasi dengan Tuhan.

Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui. (Yer 33:3)

Doa adalah komunikasi. Apakah yang dimaksudkan dengan komunikasi? Tentu saja sesuatu yang berlangsung dua arah. Manusia bicara Tuhan mendengarkan. Saat Tuhan bicara, manusia mendengarkan. Semuanya hanya didapatkan di dalam doa. Doa bukanlah komunikasi searah, seperti yang selama ini disalah mengerti oleh sebagian dari kita. Namun ada saat dimana kita bicara kepada Tuhan dan sebaliknya, ada saat dimana kita diam dan mendengar Allah berbicara. Itulah doa! Untuk bicara dan mendengar. Doa adalah waktu dimana kita mendengar. Itu yang Yesus lakukan di saat-saat pagi hari menjelang matahari terbit. Dia perlu mendengar suara Bapa. Jadi, doa adalah komunikasi antara manusia dengan Allah.

Hasil dari doa sebetulnya bukanlah jawaban doa, melainkan keintiman. Jawaban doa cuma dampak yang muncul dengan sendirinya saat orang percaya berdoa. Bisa saja Tuhan menjawab ya, tidak atau tunggu. Yang jauh lebih penting adalah keintiman lahir dari sikap doa yang benar di hadapannya. Tujuannya adalah membuat kita dan Allah menjadi satu. Kesatuan itu terlihat dari bentuk komunikasi yang terjadi secara bolak balik antara Allah dengan manusia. Sama seperti hubungan bapa dengan anak, begitu dekat dan intim. Melalui doa seorang anak dapat meminta kepada bapanya dan melalui doa juga seorang bapa dapat memberitahukan kehendaknya bagi anaknya.

Mengapa Harus Berdoa?

Mengapa saya harus berdoa jika Tuhan maha tahu? Pertanyaan ini mungkin sering kita utarakan dan dengar. Dan ternyata pertanyaan ini juga yang membenarkan seseorang untuk enggan berdoa dan merasa tidak perlu berdoa. Memang Tuhan maha tahu. Tetapi di dalam kemahatahuan-Nya itu, Tuhan butuh kerjasama kita untuk membuat Dia bekerja dan menjawab atau menyediakan setiap keperluan kita. Itulah gunanya kita berdoa. Kita perlu meminta kepada-Nya, meminta seperti anak kepada Bapa. Dia adalah Allah yang senang jika kita terhubung dengan-Nya. Maka doa adalah peluang kita satu-satunya untuk melakukan hubungan itu. Dengan demikian, penting bagi seorang Kristen untuk berdoa dan menjadikannya sebagai gaya hidup. Tanpa doa kekristenan akan kehilangan nafas.  Jadi, orang-orang Kristen harus bedoa, karena :

  1. Doa adalah hubungan. Sebagaimana sesuatu yang ‘dihubungkan’ maka akan tercipta aliran dari hubungan yang berlangsung itu. Ibarat selang air, maka air akan mengalir melalui hubungan tersebut. Hubungan akan menciptakan aliran. Nah, jadi jika kita berdoa, sebetulnya, kita sedang menyediakan diri kita terhubung dengan Tuhan dan menerima aliran-aliran-Nya di dalam roh kita. Melalui doa, kita terhubung dengan Allah. Hubungan dengan Allah yang semakin intens akan membuat kita mendekati serupa gambaran-Nya. Kita dapat memiliki mata seperti mata-Nya memandang manusia, kita dapat punya hati seperti hati-Nya mengasihi jiwa-jiwa, dan semua sifat-sifat-Nya dapat melekat ke dalam diri kita.
  2. Karena Yesus berdoa.  Yesus menjadi sebuah teladan bagi kita untuk doa. Dia tidak hanya mengajar murid-muridNya bagaimana berdoa tetapi Yesus juga menganjurkan kita untuk berdoa. Bahkan dengan tidak jemu-jemu. Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. (Lukas 18:1). Berdoa tidak jemu-jemu berarti terus berdoa di sepanjang waktu, kapanpun dan dimanapun. Terlihat sangat jelas bahwa doa adalah ibarat nafas bagi orang percaya dimanapun dia berada. Jangan sampai nafas itu berhenti. Kehidupan langsung berhenti sesaat setelah nafas terhenti. Yesus sendiri punya gaya hidup doa di dalam dirinya. Jadi kita berdoa karena Yesus menghendaki kita berdoa sebagaimana diri-Nya selalu terhubung dengan Bapa-Nya. Yesus mempunyai kebiasaan berdoa di waktu-waktu tertentu. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. (Mat 14:23) Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. (Markus 1:35)
  3. Berdoa membuat kita terhubung dengan Allah dan mengerti kehendak Allah.  Yesus selalu menyediakan waktu di sela-sela kesibukan-Nya melayani, untuk berdoa dan terhubung kembali dengan Bapa-Nya. Yesus tahu bahwa apa yang dilakukan-Nya di dunia ini bukan atas kehendak dan kemauan-Nya pribadi melainkan menjalankan kehendak  Jadi ketika kita berdoa, sebetulnya kita sama seperti yang Yesus lakukan. Kita butuh terhubung kembali dengan Bapa, untuk menyegarkan roh kita, untuk mengetahui apa yang menjadi rancangan dan kehendakNya bagi kita. Doa akan mengarahkan pikiran, sikap dan tindakan kita ke arah yang selaras dengan apa yang Bapa kehendaki. Kalau sudah begitu maka akan membuat kita mengenali rancangan-rancangan apa yang sedang dipersiapkan bagi kita.

Percayakanlah masa depanmu yang tidak engkau ketahui itu, kepada ALLAH yang engkau ketahui, melalui doa. (Hudson Taylor)

Sumber bacaan :
http://doa.sabda.org/mengapa_kita_perlu_berdoa
http://misi.sabda.org/visi_misi_hidup
http://sonnyelizaluchu.blogspot.com/2008/03/mengapa-harus-berdoa.html